Senin, 14 Mei 2018

Solid Waste Treatment in East Java


Introduction
Waste is the result of discharges from a production process both industry and domestic (household) which is considered to have no use value anymore. Solid waste or can be called as waste consists of chemicals, organic compounds, and inorganic compounds that adversely affect the environment, especially humans so it needs for special handling to solve solid waste problems.

Solid Waste Issues in Indonesia
In Indonesia, there are some issues concerning the handling of solid waste in certain areas, such as those in Sumatra, Kalimantan and Papua resulting from the exploitation of mineral resources by mining companies that make the area polluted by unnecessary minerals and waste derived from the process of mineral ecstasy using hazardous chemicals.

Environmental Issues in East Java
Environmental issues occurring in East Java include: Management of forests, land, and water resources; Coastal and marine issues; Problems of water, soil, and air pollution; Urban environmental issues; and social issues.
The most important environmental problems in urban areas are the problems of waste management, flooding, motor vehicle emissions, domestic wastewater, lack of green open space (RTH), urban spatial arrangement and so on. As an example of solid waste management, garbage production in Surabaya is collected at landfill sites, namely: Sukolilo TPA and Benowo TPA, which has caused social conflict. The average garbage production in Surabaya is 8,700 M3 / day or 2,436 ton / day, while garbage production in Gresik is an average of 1,580 M3 / day or 442.45 ton / day. This is coupled with an improper management system, namely 'open dumping' rather than 'sanitary landfill', resulting in limited landfill age, liquid leachate pollution, and must provide new landfill sites (Pusat Data Lingkungan Jawa Timur).
East Java Provincial Government (Pemprov) will start construction of waste treatment facilities next year. The facility will accommodate 30 percent of the 170 million tons of waste that comes from industrial waste, motor vehicles, households, laboratories, and hospitals.
The waste treatment facility will have three main functions, which are utilization, management and landfill. Initially operating, the facility will accommodate solid waste. Technologies used include inseneration, solidification, land fill and utilization. technology development and management of the facility will be carried out after the next five year.

Risalatul Habibah
Environmental Engineering-President University
env.president.ac.id

Pengolahan Limbah Padat di Jawa Timur

Pendahuluan
Limbah merupakan hasil buangan dari suatu proses produksi baik industry maupun domestic (rumah tangga) yang dianggap tidak mempunyai nilai guna lagi. Limbah padat atau yang lebih dikenal dengan sebutan sampah terdiri dari bahan kimia, senyawa organic, dan senyawa anorganik yang berdampak negative bagi lingkungan, khususnya manusia sehingga perlu adanya penanganan khusus untuk menangani permasalahan limbah padat.

Permasalahan Limbah Padat di Indonesia
Di Indonesia, terdapat beberapa masalah tentang penanganan limbah padat di daerah-daerah tertentu, seperti yang ada di Sumatra, Kalimantan, dan Papua yang diakibatkan dari eksploitasi sumber daya mineral oleh perusahaan pertambangan yang membuat wilayah tercemar oleh limbah bahan galian yang tidak diperlukan serta limbah yang berasal dari proses ekstasi mineral yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.

Permasalahan Lingkungan di Jawa Timur
Permasalahan lingkungan yang terjadi di Jawa Timur antara lain: Pengelolaan hutan, lahan, dan sumber daya air; Permasalahan wilayah pesisir dan laut; Permasalahan pencemaran air, tanah, dan udara; Permasalahan lingkungan perkotaan; dan Permasalahan social kemasyarakatan.
Permasalahan lingkungan yang paling utama di perkotaan adalah masalah pengelolaan sampah, banjir, emisi kendaraan bermotor, limbah cair domestik, kurangnya ruang terbuka hijau (RTH), penataan ruang kota dan sebagainya. Sebagai contoh pengelolaan limbah padat, produksi sampah di Surabaya dikumpulkan pada lokasi-lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir), yaitu : TPA Sukolilo dan TPA Benowo, yang telah menimbulkan konflik sosial. Rata-rata produksi sampah di Surabaya sebesar 8.700 M3/hari atau 2.436 ton/hari, sedangkan produksi sampah di Gresik rata-rata 1.580 M3/hari atau 442,45 ton/hari. Hal ini ditambah dengan sistem pengelolaannya yang kurang tepat, yaitu dengan ‘open dumping’ dan bukan ‘sanitary landfil’ sehingga mengakibatkan umur TPA terbatas, pencemaran lindi cair,dan harus menyediakan lahan TPA baru.(Pusat Data Lingkungan Jawa Timur)
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur akan memulai pembangunan fasilitas pengolahan limbah pada tahun depan. Fasilitas tersebut akan menampung 30 persen dari 170 juta ton limbah yang berasal dari limbah industri, kendaraan bermotor, rumah tangga, laboratorium, dan rumah sakit.
Fasilitas pengolahan limbah tersebut akan memiliki tiga fungsi utama, yakni, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan atau pengurukan (land fill). Awal beroperasi, fasilitas tersebut akan menampung limbah padat. Teknologi yang dimanfaatkan antara lain insenerasi, solidifikasi, land fill dan pemanfaatan. pengembangan teknologi dan pengelolaan fasilitas tersebut akan dilakukan setelah berjalan lma tahun ke depan.

Risalatul Habibah
Environmental Engineering-President University
env.president.ac.id